
PT Pertamina (Persero) terus menunjukkan performa yang cukup ciamik. Hal tersebut dapat terlihat dari laba bersih perusahaan yang semakin melesat, didorong oleh lonjakan aset yang signifikan.
Sepanjang tahun 2023, Pertamina mencatatkan laba total sebesar US$ 4,77 miliar atau sekitar Rp 72,7 triliun (asumsi kurs Rp 15.255 per US$). Perolehan laba tersebut naik 17% dibanding laba tahun 2022.
Hal tersebut tidak terlepas dari strategi konsolidasi aset yang dilakukan perusahaan. Terutama pasca pembentukan sejumlah subholding, yang efektif memperkuat kinerja operasional dan finansial.
Pembentukan subholding di tubuh Pertamina merupakan bagian dari strategi transformasi besar-besaran yang dimulai pada tahun 2020.
Empat tahun pasca restrukturisasi organisasi dan bisnis, pada periode 2020-2023, aset Pertamina tumbuh hingga 32%, menjadi US$ 91,1 miliar atau setara Rp1.390 triliun pada akhir tahun 2023.
Direktur Utama PT Pertamina Nicke Widyawati mengatakan, langkah restrukturisasi organisasi dengan membentuk sejumlah subholding bertujuan untuk merespons megatrend global, terutama di sektor energi.
Menurut Nicke, restrukturisasi ini sejalan dengan upaya perusahaan minyak internasional dalam menghadapi perubahan global.
“Restrukturisasi yang dilakukan Pertamina ini mengikuti megatrend global di sektor energi,” kata Nicke, dikutip Jumat (11/10/2024).
Adapun dalam restrukturisasi ini, Pertamina berperan sebagai holding yang fokus pada pengelolaan portofolio dan sinergi bisnis di seluruh grup. Hal ini juga diharapkan dapat mempercepat pengembangan bisnis baru serta menjalankan program-program nasional.
Sementara, sub-holding yang telah dibentuk akan fokus pada operasional, memastikan kelincahan dan efisiensi di masing-masing unit bisnis.
Beberapa sub-holding yang sudah terbentuk antara lain yakni Subholding Upstream yang dikelola oleh PT Pertamina Hulu Energi, Subholding Gas yang dikelola oleh PT Perusahaan Gas Negara.
Kemudian, Refinery & Petrochemical Subholding dikelola oleh PT Kilang Pertamina International, Power & NRE Subholding dikelola oleh PT Pertamina Power Indonesia, Commercial & Trading Subholding dikelola oleh PT Patra Niaga, dan Shipping Company dikelola oleh PT Pertamina International Shipping.
Vice President Corporate Communication PT Pertamina (Persero), Fadjar Djoko Santoso mengatakan pertumbuhan aset Pertamina didorong oleh peningkatan aset tetap serta perluasan properti minyak dan gas serta panas bumi yang dikelola Pertamina Group.
“Sejak restrukturisasi organisasi, kinerja keuangan dan operasional di seluruh lini baik holding dan subholding semakin solid dan andal sehingga mendorong pertumbuhan aset Perusahaan,” ujar Fadjar dikutip, Jumat (11/10/2024).
Berdasarkan Laporan Tahunan Pertamina tahun 2023, aset Pertamina secara historis pada tahun 2020 tercatat US$ 69,14 miliar, kemudian bertumbuh menjadi US$ 78,05 miliar pada 2021.
Jumlah aset tersebut naik kembali menjadi US$ 87,8 miliar tahun 2022, dan pada akhir tahun 2023 aset Pertamina telah mencapai US$ 91,1 miliar atau setara Rp1.390 triliun.