Bursa Asia Dibuka Variatif Jelang Rilis Data Pengangguran AS

Passersby are reflected on an electronic board showing the exchange rates between the Japanese yen and the U.S. dollar, the yen against the euro, the yen against the Australian dollar, Dow Jones Industrial Average and other market indices outside a brokerage in Tokyo, Japan, August 6, 2019.   REUTERS/Issei Kato

Pasar saham Asia-Pasifik diperdagangkan bervariasi dipengaruhi oleh kekhawatiran atas ketegangan di Timur Tengah. Kemudian investor juga mencermati laporan pengangguran dan non farm payroll Amerika Serikat (AS).

Indeks Nikkei 225 Jepang naik 0,34%, sementara indeks Topix yang lebih luas naik 0,41%. Indeks Kospi Korea Selatan diperdagangkan 0,19% lebih tinggi, sementara Kosdaq naik 0,74%. Indeks S&P/ASX 200 Australia turun 0,46% pada jam pertama perdagangan.

Futures indeks Hang Seng Hong Kong berada di level 22.091, lebih rendah dari penutupan terakhir HSI di 22.113,51. Pasar di Tiongkok daratan akan dibuka kembali pada 8 Oktober. Saham-saham Tiongkok mengalami kenaikan setelah otoritas mengumumkan serangkaian langkah dukungan pekan lalu.

Kemudian dilanjutkan data non-Farm Payrolls AS pada malam nanti. Konsensus berada di angka 142.000, menandakan potensi perlambatan di sektor pekerjaan.

Tingkat pengangguran yang diproyeksikan stabil di 4.2%, serta pertumbuhan gaji per jam yang diantisipasi melemah, menjadi penentu apakah Federal Reserve akan melunak di pertemuan berikutnya.

Data tenaga kerja sangat penting bagi para pelaku pasar untuk memperkirakan langkah selanjutnya dari bank sentral AS The Federal reserve atau The Fed setelah Chairman Jerome Powell mengisyaratkan pemangkasan suku bunga akan berlanjut sampai akhir tahun.

Sementara itu pasar masih memiliki risiko dari lanjutan konflik antara Iran dan Israel.

Ketegangan ini meningkatkan kekhawatiran pelaku pasar akan lonjakan harga minyak dunia, yang dikhawatirkan akan naik tajam jika serangan berlanjut ke ladang minyak Iran.

Ketika harga minyak menguat, inflasi berpotensi meningkat. Ujungnya adalah kebijakan moneter yang mulai longgar bisa jadi akan ketat lagi. Era suku bunga tinggi mungkin saja akan bertahan lebih lama. Hal tersebut yang tidak diinginkan oleh para investor, tercermin dari depresiasi di pasar keuangan.

https://tgwinjob.com

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*