Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) buka suara perihal pernyataan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) yang meminta produksi minyak di Blok Cepu bisa mencapai 150 ribu barel per hari (bph) pada 2026.
Kepala SKK Migas, Dwi Soetjipto, menyatakan komitmennya untuk mewujudkan target tersebut. Meski begitu, ia mengakui terdapat beberapa tantangan teknis yang tengah dihadapi ExxonMobil Cepu Limited (EMCL) selaku operator Blok Cepu.
“Iya, nanti kita usahakan lah ya, jadi sekarang ada beberapa masalah yang masih akan dicoba diselesaikan oleh Exxon, mudah-mudahan decline-nya bisa kita kurangi dan proyek-proyeknya bisa nambahin terus,” ujar Dwi dikutip Rabu (2/10/2024).
Sebelumnya, Bahlil meminta ExxonMobil Cepu Ltd (EMCL) untuk meningkatkan kapasitas produksi minyaknya menjadi 150.000 barel per hari (bph) pada tahun 2026.
Permintaan tersebut muncul di tengah penurunan produksi minyak nasional, yang membuat upaya peningkatan produksi menjadi sangat penting untuk mengurangi ketergantungan pada impor.
“Saat ini, tingkat produksi minyak nasional sekitar 577 ribu bph. Dari jumlah tersebut, Blok Cepu masih memberikan kontribusi sekitar 144 ribu bph, menjadikannya salah satu yang terbesar secara nasional,” ujar Bahlil dalam kunjungannya di Blok Cepu, Bojonegoro, Senin (30/9/2024).
Bahlil menekankan bahwa peningkatan produksi minyak dari Blok Cepu sangat diperlukan untuk mengatasi defisit minyak yang sedang dialami Indonesia. Ia meminta Presiden Direktur ExxonMobil Cepu Limited (EMCL), Carole Gall, untuk meningkatkan target produksi dari 125.000 bph yang direncanakan pada tahun 2026 menjadi 150.000 bph.
“Exxon menargetkan 125 ribu barel untuk 2026. Tapi saya punya keyakinan, dengan sistem manajemen, etos kerja, dan kreativitas tim Exxon di lapangan, ExxonMobil harus bisa mencapai di atas 150 ribu barel per hari pada tahun 2026 untuk mengurangi defisit lifting kita,” ujar Bahlil.
Lebih lanjut, Bahlil menegaskan bahwa pemerintah, baik saat ini maupun di bawah Presiden terpilih Prabowo Subianto, mendukung penuh peningkatan produksi minyak ini karena dampaknya yang signifikan bagi penerimaan negara dan cadangan devisa.
“Negara kita membutuhkan dukungan dari perusahaan-perusahaan berpengalaman untuk meningkatkan produksinya. Presiden terpilih, Pak Prabowo, memerintahkan saya untuk menyelesaikan masalah lifting minyak ini, karena peningkatan lifting pasti akan meningkatkan pendapatan negara dan mengurangi impor,” katanya.