Menteri Investasi/ Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia mengungkapkan bahwa prekursor baterai kendaraan listrik (Electric Vehicle/ EV) yang diproduksi dari Indonesia akan dijual kepada pabrikan kendaraan listrik asal Amerika Serikat, Tesla.
Bahlil menyebut, prekursor baterai yang dipasok untuk Tesla akan berasal dari pabrik pengolahan nikel di Kawasan Industri Weda Bay, Pulau Halmahera, Maluku Utara, milik Huayou Indonesia.
“Kemarin dari Huayou sedang bangun prekusor di Maluku Utara untuk suplai permintaan Tesla, jadi ke depan 1 Januari 2025 Indonesia akan mengirim material bahan baterai prekusor dari Indonesia yaitu pabriknya di Weda Bay,” ungkapnya saat konferensi pers Realisasi Investasi Kuartal II 2024 di Jakarta, Senin (29/04/2024).
“Jadi sebenarnya bahan baku setengah jadi kita sudah 60-70% bahannya sudah kita kirim ke sana,” ujarnya.
Pada kesempatan yang sama, Bahlil menyebut, program “kebanggaan” Presiden Joko Widodo (Jokowi) alias hilirisasi nikel ini menjadi incaran investor asing dan dalam negeri. Total pada kuartal II-2024, realisasi investasi di bidang hilirisasi mencapai Rp105,6 triliun.
“Ini data hilirisasi totalnya pada kuartal II itu Rp105,6 triliun atau 24,6%,” ungkapnya.
Pendorong terbesar bersumber dari kelompok mineral melalui pembangunan smelter sebesar Rp70,9 triliun. Komoditas dengan investasi tertinggi yaitu nikel Rp47,5 triliun, tembaga Rp19,6 triliun, bauksit Rp3,7 triliun dan timah Rp0,1 triliun.
Kemudian pada kelompok kehutanan, yaitu pulp and paper Rp11,2 triliun. Kelompok pertanian ada CPO Rp12,5 triliun, minyak dan gas Rp5,8 triliun dan baterai kendaraan listrik Rp5,2 triliun.
Perlu diketahui, setidaknya ada dua proyek smelter nikel Huayou di Weda Bay, Maluku Utara, yakni proyek Huake Nickel Indonesia dan Huafei Nickel Cobalt.
Proyek Huake Nickel Indonesia yaitu proyek pengolahan nikel dengan menggunakan teknologi Rotary Kiln Electric Furnace (RKEF) plus sulfidasi feronikel yang matang, dan menggunakan bijih nikel laterit untuk menghasilkan iternary precursor intermediates dari bahan energi baru.
Sementara proyek Huafei Nickel Cobalt, mengadopsi Teknologi High Pressure Acid Leaching (HPAL) Generasi ke-4, yang memiliki keunggulan seperti proses yang singkat, konsumsi energi yang rendah, dan ramah lingkungan. Setelah proyek ini selesai kontruksi, maka akan menggantikan posisi Huayue Nickel Cobalt sebagai proyek HPAL bijih nikel laterit terbesar di dunia.